PENGOLAHAN LIMBAH KIMIA
Kimia
lingkungan adalah bidang ilmu yang mempelajari fenomena kimia di dalam
lingkungan. Kimia lingkungan mempelajari berbagai aspek oleh kehadiran zat
kimia didalam lingkungan, meliputi sumber, reaksi, perpindahan, dan pengaruh
zat kimia ke dalam lingkungan, seperti air, tanah, udara, serta pengaruhnya
terhadap kegiatan manusia (Manihar, 2017).
Limbah
adalah sisa atau sampah suatu proses programsi yang dapat menjadi bahan
pencemaran atau polutan disuatu lingkungan. Banyak kegiatan manusia yang
menghasilkan limbah antara lain kegiatan industri, transportasi, rumah tangga
dan kegiatan lainnya. (Karmana, 2007)
1. Limbah
Cair
Limbah cair yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau
kegiatan yang berwujud cair. Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil
buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair
dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi)
maupun terlarut dalam air. (Peraturan Pemerintah RI No. 82, 2001)
Air buangan berupa limbah cair umumnya mengandung
beberapa komponen beberapa komponen pencemar seperti senyawa kimia pengoksidasi
dan pereduksi, sedimen, kotoran, limpur, minyak, bakteri patogen, virus, garam,
nutrien, pestisida, senyawa organik, logam berat, dan bahan-bahan lain yang mengapung, melayang
dan tersuspensi di dalam air. Untuk menggambarkan tingkat karateristik limbah
cair sebagai indikator tingkat pencemar di dalam limbah maka dapat dilakukan
pengukuran kualitas air limbah. Beberapa parameter yang perlu diukur untuk
mengetahui keadaan pencemar di dalam air meliputi pengukuran kekeruhan
(intensitas cahaya, turbiditas), kelarutan zat padat (ppm), kelarutan zat
tersuspensi (ppm), tingkat keasaman (pH), kelarutan oksigen (DO), dan kebutuhan
oksigen kimia (COD). (Manihar, 2017)
Pengolahan limbah cair dalam kimia dengan menggunakan
proses pengolahan limbah primer. Proses pengolahan limbah primer adalah
penghilangan bahan padat yang tidak melarut di dalam air seperti sampah,
kotoran, benda yang mengapung atau melayang, dan lain sebagainya.
Tahapan
pengolahan limbah cair secara kimia adalah sebagai berikut :
· Pengolahan Limbah Primer
a) Skrining,
menghilangkan bahan pencemar yang berukuran besar yang masuk ke dalam limbah
cair dengan menggunakan jarring atau peralatan lain.
b) Penghilangan
partikel dengan ukuran yang lebih kecil yang tidak dapat dijaring dari dalam
air yang dilakukan dengan menggunakan grit removal.
c) Proses
sedimentasi primer untuk menghilangkan benda padat yang melayang.
· Netralisasi
Netralisasi
adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam. Dalam pengolahan
air limbah, pH diatur antara 6,0 – 9,5. Di luar kisaran pH tersebut, air limbah
akan bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk bakteri. Jenis bahan kimia
yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air limbah serta kondisi
lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat
menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat menambahkan H2SO4,
HCl, HNO3, H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue gas. (Siregar, S.A., 2005)
· Koagulasi – Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan
proses pengolahan air dan air limbah secara kimia yaitu dengan penambahan bahan
kimia kedalam air limbah. Air limbah pada umumnya mengandung padatan
tersuspensi, partikel koloid (berukuran < 1 mikron), bahan terlarut
(berukuran < nanometer). Padatan-padatan dalam air pada umumnya bermuatan
negatif dan padatan-padatan tersebut sangat sulit dipisahkan secara fisik
(sedimentasi dan filtrasi dengan media padat) dan dapat dilakukan secara kimia
melalui proses koagulasi-flokulasi.
Proses
koagulasi adalah proses pengendapan partikel yang tersuspensi dengan
menggunakan bahan kimia. Berdasarkan
jenisnya koagulan dibagi menjadi dua jenis
yaitu koagulan yang berasal dari alam dan koagulan sintetik. Koagulan
sintetik memiliki kekurangan seperti dapat menyebabkan polusi dan menyebabkan
penyakit alzhaimer. Salah satu contoh koagulan sintetik adalah Poly aluminium
klorida (PAC) dan Aluminium Sulfat (Alum). Penggunaan Koagulan PAC dan Alum pada
air limbah dapat
menurunkan nilai BOD, COD, TSS, dan
kekeruhan. Untuk konsentrasi optimal PAC sebesar 2500 ppm dan Alum sebesar 3000
ppm. Akan tetapi, nilai BOD, COD, TSS, dan kekeruhan setelah proses koagulasi
masih lebih tinggi jika dibandingkan
dengan nilai ambang batas yang telah ditetapkan di Indonesia. Sehingga
diperlukan metode tambahan agar diperoleh nilai BOD, COD, kekeruhan dan TSS
yang dibawah ambang batas (Abidin dkk.,
2012).
Flokulasi
merupakan suatu peristiwa penggabungan partikel-partikel yang telah mengalami
proses destabilisasi (koagulasi) dengan penambahan bahan kimia (flokulan)
sehingga terbentuk partikel dengan ukuran lebih besar (macrofloc) yang mudah
untuk diendapkan. Mekanisme flokulasi seperti terlihat dalam gambar berikut
Jenis Flokulan
Sumber flokulan
|
Jenis flokulan
|
Flokulan Mineral
|
Silika aktif
|
Tanah liat (koloid) : bentonit
|
|
Logam hidroksida (aluminium dan ferri
hidroksida)
|
|
Flokulan Organik
|
Turunan pati (pati singkong, dan
kentang)
|
Polisakarida
|
|
Kitosan
|
|
Gelatin dan alginate
|
|
Flokulan Sintetis
|
Polyethylene-imines (cationic)
|
Polyamides-amines (cationic)
|
|
Polyamines (cationic)
|
|
Polyethylene-oxide (nonionic)
|
|
Komponen karboksil dan sulfonate
(anionic)
|
|
Polyacrylamide (nonionic)
|
Flokulan sintetis merupakan flokulan yang diproduksi
dengan berbagai kebutuhan sehingga flokulan ini diproduksi bermuatan negatif
(anionic), bermuatan positif (cationic) dan netral (nonionic), flokulan
bermuatan negatif dapat bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti
garam-garam dan logam-logam hidroksida, sedangkan flokulan yang bermuatan
positif akan bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti silika maupun
bahan-bahan organik, tetapi hukum itu tidak berlaku secara umum karena flokulan
negatif dapat mengikat tanah liat yang bermuatan negatif (Asmadi, 2012)
2. Limbah
Gas
Limbah gas mengandung asam nitrat dan gas NOx
(senyawa gas yang terdapat diudara bebas) yang dapat dihilangkan dengan cara
scrubbing menggunakan air. Air hasil scrubbing akan mengandung HNO3
20%, sementara limbah gas yang masih mengandung Nox dan sisa asam akan keluar
dari exhauster absoption tower.
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh beberapa
pertikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga),
hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut), karbon
monoksida dan timah. Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas
atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara ilmiah
udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,
CO2, H2 dan lain sebagainya. Penambahan gas ke dalam
udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia yang akan menurunkan
kualitas udara. Zat pencemaran melalui udara di klarifikasikan menjadi dua
bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin
terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, dan kabut.
Sedangkan pencemaran berbentuk gas dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas
tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx.
CO, CO2 dan hidrokarbon (HR, Yuliani., 2014).
Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung
partikel-partikel bahan padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan
ringan sehingga tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Bahan padatan dan cairan
tersebut disebut sebagai materi partikulat. Seperti limbah gas yang dihasilkan
oleh suatu pabrik dapat mengeluarkan gas yang berupa asap, partikel serta debu.
Apabila ini tidak ditangkap dengan menggunakan alat, maka dengan dibantu oleh
angin akan memberikan jangkauan pencemaran yang lebih luas. Jenis dan
karakteristik setiap jenis limbah akan tergantung dari sumber limbah.
CO2 merupakan emisi gas yang berjumlah
paling banyak. Lebih dari 30% dihasilkan dari pembakaran energi di tingkat
industry. Penanggulangan CO2 ini terutama dilakukan dengan mencegah
sumber emisi CO2, yakni penggunaan bahan bakar karbon seperti batu
bara, minyak bumi dan juga termasuk mengurangi penggunaan listrik. Sumber emisi
CO2 dari konsumsi energi domestik Listrik Bahan bakar LPG gas kota minyak
tanah kayu bakar batubara.
Sox; SO3 bersifat sangat reaktif ; SO2
berbau tajam, tidak berwarna, tidak mudah terbakar. SOx dengan uap air akan
membentuk asam sulfit maupun asam sulfat turun ke bumi bersama dengan jatuhnya
hujan Z
hujan asam. Pada konsentrasi 6 – 12 ppm SO2 bersifat iritan kuat bg
kulit & selaput lendir. Sumber pencemarnya ialah bahan bakar minyak bumi
dan batubara (PLTU). Belerang dalam batubara berbentuk mineral besi pirit (FeS2)
atau PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 & Cu2S industri logam.
Penanganan utama SOx yaitu dengan mengurangi sumber sulfur, termasuk
desulfurisasi bahan bakar kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
A.Z., dkk, (2012), Sintesis dan
Karakterisasi Polimer Superabsorben dari Akrilamida, Jurnal Teknik Kimia
Indonesia, 11 (2), hlm. 87-93
Asmadi,
(2012), Teknik Pengelolaan Air Limbah, Yogyakarta:
KDT
HR,
Yuliani, (2014), Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Yogyakarta: KDT
Karmana,
Oman, (2007), Cerdas Belajar Biologi,
Bandung: Grafindo Media Pratama
Pemerintah
Republik Indonesia, (2001), Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta
Siregar,
S.A., (2005), Instalasi Pengelolaan Air
Limbah, Yogyakarta: Kanisius
Situmorang,
Manihar, (2017), Kimia Lingkungan, Depok:
PT Raja Grafindo Persada
Komentar
Posting Komentar